Rabu, 07 Oktober 2015

Ayat Kursi




اللّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

ALLAHU LAA ILAAHA ILLA HUWAL HAYYUL QAYYUMU. LAA TA'KHUDZUHUU SINATUW WA LAA NAUUM. LAHUU MAA FISSAMAAWAATI WA MAA FIL ARDHI. MAN DZAL LADZII YASFA'U 'INDAHUU ILLAA BI IDZNIHI. YA'LAMU MAA BAINA AIDIIHIM WA MAA KHALFAHUM. WA LAA YUHITHUUNA BI SYAI-IN MIN 'ILMIHII ILLAA BI MAASYAA-A. WASI'A KURSIYYUHUSSAMAAWAATI WAL ARDHA. WA LAA YA-UDHUU HIFZHUHUMAA WAHUWAL 'ALIYYUL AZHIIM.
255. Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya; tidak mengantuk dan tidakpula tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di Bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di badapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah kecuali apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan Bumi. Dan Allah tidak merasa berat rnemelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.
Ini adalah ayat kursi yang merupakan pancaran dan aplikasi dari kekuasaan Allah. Allah adalah Zat yang Maha Esa, Mahahidup, Maha Mengums segalanya, dan Maha ada yang kehadiran-Nya meliputi segala keadaan, tindakan, dan amal penciptaan yang dapat dirasakan, baik alam gaib atau lahir, ataupun alam yang dekat atau jauh. Hukum-hukum Allah itu mutlak dan tidak dapat diganggu-gugat, "Tidak mengantuk dan tidak pula tidur" (la ta'khudzuhu sinatuw wala naum). Allah itu di luar jangkauan waktu dan kondisi, karena Dia meliputi segala waktu dan kondisi. "Kecuali apa yang dikehendaki-Nya" memiliki arti bahwa segala sesuatu eksis menurut hukum-hukum dan firman-firman-Nya, baik yang jelas maupun yang tersembunyi.
"Apa-apa yang ada di hadapan dan di belakang Mereka" (ma baina aydihim wa ma khalfahum) memiliki arti bahwa Allah meliputi waktu. "Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, kecuali apa yang dikehendaki-Nya" (wa la yuhithuna bi syain min 'ilmihi illa bi ma sya`). Maksud kata "yang dikehendaki-Nya" adalah derajat kedekatan seseorang kepada Allah, yang paralel dengan derajat kejauhan kepada sesuatu selain Allah. Semakin seseorang dapat melihat jalan Allah, semakin ia memperoleh pengetahuan tentang-Nya. "Kursi-Nya" adalah suatu kursi di mana para penghuni alam nir-waktu dan nir-ruang berada. Kursi-Nya meliputi langit dan Bumi. Pada hakikatnya, hanya ada Allah. Segala sesuatu diciptakan dan dipelihara oleh Allah.
"Allah merasa tidak berat memelihara keduanya" (wa la yauduhu hifzhuhuma). Tidak ada sesuatu yang dapat terjadi tanpa seizin-Nya. Ayat Kursi merupakan ayat perlindungan, karena jika seseorang dapat menyerahkan dirinya menuju pengetahuan bahwa Allah menguasai dan meliputi segala sesuatu, maka ia akan dijaga dan dilindungi dalam cinta dan keseimbangan.
Ayat Kursiy, Khasiat dan Kandungan Maknanya

Minggu lalu, sdr Asep Maulana dari Karawang bertanya tentang khasiat
ayat kursiy. Karena keterbatasan ruang, jawaban minggu lalu saya
berikan sangat singkat, dan saya janjikan pada hari ini akan saya
bahas lebih luas.



Khasiat Ayat Kursi
Keistimewaan al Qur'an antara lain adalah bahwa membacanya dinilai sebagai ibadah meski tidak faham artinya, berbeda dengan doa yang harus difahami artinya.. Anjuran untuk bertadarus banyak sekali dijumpai dalam ajaran Islam. Al Qur'an sendiri menyebut dirinya sebagai hudan (petunjuk), syifa (obat), rahmah (wujud kasih sayang), zikr (peringatan), tibyanan (penjelasan). Disamping itu hadis Nabi banyak menyebut keutamaan dan khasiat membaca surat atau ayat tertentu. Oleh karena itu tidak aneh jika muncul persepsi orang Islam yang menempatkan ayat al Qur'an bagaikan mantra. Hadis tentang khasiat ayat Kursi misalnya menyebutkan, : Jika ayat Kursi dibaca di rumah, maka syaitan terhalang tiga hari dan tukang sihir terhalang 40 hari tidak bisa masuk ke dalamnya. Hadis lain menyebut bahwa barang siapa membaca ayat Kursi setiap habis salat fardu maka ia layak masuk sorga, dan hanya orang jujur dan ahli ibadah yang bisa melakukannya, barang siapa yang membacanya setiap akan tidur maka Allah memberikan rasa aman kepada dirinya dan kepada tetangga di sekelilingnya. Nabi sendiri pada waktu perang Badar selalu membaca ayat ini, terutama pada bagian ya Hayyu ya Qoyyum.

Kandungan Makna Ayat Kursiy
Terjemahan ayat Kursiy adalah sebagai berikut :
Allah, tiada Tuhan selain Dia, yang Hidup dan terus menerus mengurus (makhluk Nya), tidak mengenal ngantuk, apalagi tidur, bagi Nya segala apa yang ada di langit dan di bumi, tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin Nya, Allah mengetahui apa- apa yang ada di hadapan mereka dan apa-apa yang ada di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah kecuali apa yang dikehendaki Nya, Kursi Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah tidak repot mengurusi keduanya, dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Dari ayat itu sekurangnya ada empat hal bisa didalami maknanya.
(1) bahwa Allah itu hayyun dan qayyum, yakni hidup dan aktip mengurusi alam semesta (2) Allah memiliki dan menguasai langit dan bumi dengan segala isinya, (3) Allah mengetahui se detail-detailnya tentang apa dan siapa, dan (4) Manusia tidak dapat menggapai ilmu Allah kecuali sekedar yang dikehendaki oleh Nya. Diantara yang penting untuk difahami dari kandungan ayat Kursiy adalah batasan ilmu manusia dan kehendak Allah.

Tentang Ilmu Manusia

Manusia adalah makhluk yang berfikir, merasa dan berkehendak. Pengetahuan yang dimiliki manusia datang dari berbagai jalan, instink, indera, fikiran (logika) dan intuisi (ilham). Tingkat pengetahuan manusia sangat beragam, dari yang terendah hingga yang tertinggi. Tingkatan pengetahuan manusia yang tertinggi juga ada yang bersifat rational dan falsafi, dan ada yang bersifat intuitip, "gaib" atau suprarational. Meski demikian sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk yang terbatas, yang tidak sempurna, ilmu manusia juga terbatas, karena manusia tidak bisa menghindar dari distorsi-distorsi; instink, indera, pemikiran, maupun distorsi intuisi. Disamping problem distorsi, ilmu manusia dibatasi oleh ruang dan waktu. Apa yang telah lalu banyak yang luput dari pengamatan manusia, apa yang akan terjadi di masa depan, meski manusia bisa memprediksi dengan menggunakan hukum sunnatullah, atau dengan ramalan "gaib" tetapi ruang lingkupnya sangat terbatas. Apa yang akan terjadi di muka lebih banyak merupakan area kegelapan bagi ilmu manusia. Semakin banyak hal yang diketahui manusia, maka semakin tahu ia bahwa hal yang belum diketahui justeru lebih banyak lagi.


Adapun ilmu Tuhan tak terbatasi oleh ruang dan waktu, oleh karena itu tidak ada satupun fenomena yang luput dari akses Tuhan, yang dulu, yang sedang terjadi ataupun yang akan datang, semuanya berada dalam ilmu Tuhan. Al Qur'an mengibaratkan, selembar daun yang jatuhpun (yang dulu jatuh, yang sedang jatuh, dan yang akan jatuh nanti) kesemuanya berada dalam akses Tuhan. Dalam Al Qur'an, disebutkan bahwa Tuhan mengetahui yang nampak dan yang tidak nampak  (`alim al ghoibi wa as syahadah) dan senantiasa mengetahuinya  (`allam al ghuyub). Tuhan menurunkan ilmu Nya kepada manusia melalui dua jalan, pertama melalui taqdir atau qadar dalam sunnatullah yang bisa dipelajari hukumnya oleh akal, kedua melalui ilham dan wahyu.

Kehendak Allah

Kalimat al hayyu al qayyum mengandung arti bahwa Allah itu hidup dan selalu aktip mengurusi makhluknya, artinya Tuhan mempunyai kehendak dan tidak ada satupun persoalan yang terlewat atau terlupakan. Semua ciptaan Tuhan, baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat makna didesain dengan tujuan dan maksud. Al Qur'an mengajarkan doa, Robbana ma kholaqta haza batila, ya Tuhan, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia tanpa makna. Hal-hal yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan manusia, kesemuanya dimaksud positip, yakni menguji manusia keputusan apa yang akan diambil ketika mengalaminya, langkah positip atau negatip  (liyabluwakum ayyukum ahsanu `amala). Secara teologis, krisis multi dimensi yang sedang kita alami juga tak lepas dari kehendak Allah mewujudkan taqdir sunnatullah Nya, dan menguji bangsa ini respond apa yang akan diambil.

Dari Ilmu Kalam, lahir dua pandangan mensikapi kehendak Allah, yaitu faham Jabbariah (predestination) dan Qadariyah (free will). Yang pertama memandang bahwa kehendak Allah akan berjalan secara mutlak sehingga manusia tidak memiliki kekuasaan atas kehendaknya, manusia bagaikan wayang yang didalangi Tuhan. Faham kedua (qadariyah) memandang bahwa manusia memiliki kekuasaan untuk menentukan perbuatannya, meski harus mengikuti taqdir sunnatullah Nya. Yang pertama menekankan doa Kepada Tuhan, karena amal tidak menentukan, yang menentukan adalah keputusan Tuhan, orang masuk surga bukan karena amalnya tetapi karena rahmat Tuhan.. Yang kedua menekankan bekerja, karena keputusan Tuhan akan didasarkan pada sifat adil Nya,

Tuhan tidak mungkin menyia-nyiakan orang yang beramal.. Dua faham ini melahirkan faham kompromi, yakni faham sunny, yang menekankan bahwa manusia wajib berikhtiar, tetapi taqdir sepenuhnya milik
Allah. Wallohu a`1amu bis sawab.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar